Itu terjadi di tengah perlambatan yang lebih luas di pasar properti negara itu karena pasar perumahan mencatat penurunan harga selama 11 bulan berturut-turut pada Agustus 2022.
Bloomberg melaporkan, Hui yang dulunya merupakan pemain utama di kancah politik China, sekarang malah dijauhi. Setelah bergabung pada 2008, Hui menjadi bagian dari Chinese People’s Political Consultative Conference—sebuah kelompok yang terdiri dari pejabat tinggi pemerintah dan nama-nama besar dalam bisnis. Dan pada 2013, dia juga memiliki posisi dari elit kelompok itu, badan penasihat politik beranggotakan 300 orang.
Namun, dia diminta tidak menghadiri konferensi tahunan kelompok itu pada tahun ini. Namanya juga dihapus dari daftar orang-orang yang akan membentuk susunan organisasi untuk lima tahun ke depan.
Willy Lam, Seorang asisten profesor di Chinese University of Hong Kong yang menulis beberapa buku tentang politik China, mengatakan kepada Bloomberg, "Peran CPPCC seperti hadiah kehormatan yang diberikan Tiongkok kepada pebisnis yang setia untuk memberikan kontribusi kepada negara. Sama sekali tidak mengherankan bahwa taipan properti seperti Hui, yang menciptakan masalah di sektor properti dengan pengaruh berlebihan mereka, tidak masuk dalam daftar."
Namun kejatuhan Hui mendorong analis mengkhawatirkan konsekuensi yang lebih luas dari situasi genting Evergrande. Pasar properti di China menyumbang sekitar 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara itu, dan Evergrande mempekerjakan sebanyak 200.000 orang.
Pertumbuhan pendapatan bisnis yang sebelumnya masif telah melambat sejak 2018. Menurut analisis dari City AM, pertumbuhan pendapatan Evergrande turun dari pada 2016, 2017, dan 2018, masing-masing 59 persen, 47 persen, dan 49 persen menjadi 2 persen pada 2019 dan 6 persen pada 2020.