Dia menambahkan, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini ialah dengan memitigasi sampah yang berpotensial mencemari lingkungan khususnya laut. Termasuk, mitigasi dari hulu ke hilir dengan menyiapkan plastik berbahan nabati yang mudah terurai.
"Mitigasi bisa dilakukan dari hulu, bagaimana industri menyiapkan produk kemasan yang mudah didaur ulang. Kemudian masyarakat perlu kita sadarkan bagaimana mereka seharusnya bisa mengolah sampah yang mereka hasilkan lebih bijaksana," ungkap Rofi.
Di sisi lain, Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Greenhope Tommy Tjiptadjaja mengungkapkan pentingnya inovasi dalam menciptakan material berkelanjutan. Menurutnya, kolaborasi ekosistem dalam mengurangi sampah dengan strategi pencegahan sangatlah penting.
Tak hanya itu, Tommy juga mengingatkan agar pelaku usaha tidak hanya mementingkan kepentingan bisnis mereka saja. Tapi juga berkontribusi dalam pengurangan maupun penanganan sampah.
"Kita harus less ego, more eco agar bisa mencapai masa depan yang berkelanjutan bersama," tutur Rofi
Pernyataan senada ndisampaikan Co-Founder dan Chief Innovation Officer Greenhope (CIO), Sugianto Tandio, mengungkapkan sejak berdiri di tahun 2017, Greenhope telah berhasil menggantikan 12 miliar kantong plastik konvensional. Jumlah tersebut setara dengan 125 ribu ton plastik.
“Dengan konsumsi plastik per kapita di Indonesia sebesar 22.5 kilogram maka Greenhope telah membantu sebanyak 5.3 juta orang Indonesia mengurangi kontribusi mereka dalam menghasilkan sampah plastik yang sulit terurai,” ujar Sugianto.