Pada Osaka Expo, Pertamina menampilkan total 10 UMKM, memboyong produk dan pengusahanya ke Jepang. Partisipasi ini terbagi dalam dua periode, yaitu pada 30 Juni–6 Juli 2025 dan 25–31 Agustus 2025. Pada periode pertama, empat UMKM andalan yaitu Songket Ilham Bahari, Kainnesia, Bali Honey, dan Made Tea. Sementara, pada periode kedua akan hadir Pertenunan Astini, Cap Bali, Kripik Tempe Kahla, Bananania, Dara Baro, dan Apikmen.
Dari berbagai produk yang dipamerkan, Bali Honey menjadi salah satu yang paling menarik perhatian para buyer Jepang. Ismail Marzuki, pemilik Bali Honey, hadir langsung di lokasi untuk memperkenalkan madu unggulannya yang dihasilkan dari hutan tropis Bali.
Dia berhasil menarik minat tiga pembeli potensial asal Jepang dalam waktu dua hari saja. Salah satunya adalah Kiddo Food, importir asal Osaka yang berencana mengembangkan madu Bali menjadi aneka produk seperti granola, es krim, permen, serta kue khas Jepang seperti dorayaki dan kasutera, dengan estimasi kebutuhan mencapai 30 ton per bulan atau setara hampir Rp30 miliar.
Selain itu, Yamada San, seorang pengusaha Jepang yang tertarik dengan Bali Honey, bahkan telah merencanakan kunjungan ke Denpasar pada September 2025 untuk melihat langsung proses produksi.
Pada tahap awal, Yamada San berniat memesan 10 kubik madu dengan estimasi nilai mencapai Rp850 juta, sebagai langkah awal kerja sama jangka panjang.
Tak hanya dari kalangan lokal Jepang, antusiasme juga datang dari diaspora Indonesia, Teguh Wahyudi, pemilik Sariraya Group yang mengelola sejumlah restoran, mini market, food court, dan supermarket halal yang berkantor pusat di Nagoya, Jepang. Selama ini, Teguh telah mendatangkan berbagai produk khas Indonesia seperti tempe, kerupuk, dan makanan kering lainnya. Melihat potensi Bali Honey, dia menyatakan minat serius dengan estimasi kebutuhan mencapai 3 ton atau senilai Rp3 miliar per pengiriman.