Setelah melakukan pengamatan, dia kemudian mengajukan gagasan yakni sebuah teknologi baru yang dia sebut dengan Electro Optical System (EOS) atau sebuah sistem yang mengembangkan printer 3D raksasa.
Namun, gagasan tersebut ditolak atasannya karena dinilai memiliki risiko yang tinggi. Setelah itu, dia memutuskan mundur dari perusahaan tersebut dan mendirikan EOS Group pada 1989.
Dia berhasil membangun perusahaan tersebut sekaligus menjadi solusi di bidang percetakan industri 3D. Berkat kegigihannya tersebut, EOS Group sukses dan berjaya selama 30 tahun lebih.
Menurut data Forbes, harta kekayaannya saat ini mencapai 2,2 miliar dolar AS atau setara Rp34,46 triliun. Dia juga menjadi miliarder percetakan 3D pertama di dunia.