Penghasilan dari becak tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, dia dia juga sebagai honorer petugas kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember.
Ide awal berjualan cilok dari dari ayahnya yang juga berjualan cilok di Bali saat itu. Sementara di Jember, masih belum ada cilok yang bahannya terbuat dari daging, yang ada hanya dari tepung. Akhirnya, Harsono menangkap peluang itu dan mulai berjualan cilok.
Ketika ayahnya pulang dari Bali tahun 1997. Dia bersama istrinya menirukan bisnis bapaknya, yakni menjual cilok dari bahan daging sapi dicampur tepung.
Usahanya kemudian berkembang pesat dan Harsono menambah gerobak ciloknya menjadi 5 buah dan merekrut tenaga kerja hingga 10 orang. Cilok Edy bahkan punya cabang kabupaten tetangga, Probolinggo dan Bondowoso.
Sebelum pandemi, Harsono bisa meraup keuntungan hingga Rp9 juta per hari. Namun saat masa pandemi penjualan menurun, pendapatannya dalam sehari bekisar Rp5 juta.
Setelah ditekuni selama puluhan tahun dengan kesabaran kegigihan dan ikhlas kini usahanya membawa berkah bahkan Harsono menginvestasikan hasil usahanya dengan membeli sawah, mobil, dan 3 apartemen, bahkan memiliki 13 rumah kos-kosan.
Itulah kisah Harsono, penjual Cilok Edy yang sukses. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi Anda yang sedang membangun sebuah usaha.