Semua pekerjaan kasr itu dilakoni hingga Naja menamatkan bangku SMA di 1 Belopa. “Saya tidak menyesal terlahir dan dibesarkan dari keluarga petani yang miskin,” katanya.
Setelah lulus SMA, Najamuddin melanjutkan pendidikan ke Universitas Muslim Indonesia Makassar. Di sana, Naja mengambil jurusan hukum. Semester awal adalah masa paling berat bagi Naja. Pasalnya, dia tidak menerima kiriman uang dari orang tua layaknya anak perantauan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah, Naja bekerja serabutan, salah satunya di perusahaan kontraktor.
Dari sini dia mengenal banyak pengusaha, hingga kemudian bergabung dalam kelompok pengusaha di Makassar. Perlahan namun pasti, insting bisnis Najamuddin makin matang. Beberapa tahun setelah kuliah, Naja memilih hijrah ke Soroako.
Di Soroako, Naja dipercaya beberapa pengusaha lokal mengelola perusahaannya. Naja sempat mengendalikan empat perusahaan kontraktor di Soroako. Setelah mengetahui seluk beluk dunia kontraktor lebih mendetail, Naja pun mendirikan perusahaan kontraktor sendiri. Dalam rentang waktu lima tahun, Naja menjadi pengusaha kontraktor sukses di PT Inco Soroako.
Tak berhenti disitu, Naja lalu mendirikan perusahaan penyedia jasa pengamanan. Perusahaan penyedia jasa pengamanannya mengalami perkembangan pesat. Saat ini, PT BPI sudah memiliki karyawan kurang lebih seribu orang yang dipekerjakan di perusahaan perusahaan BUMN dan swasta di hampir seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan.
Setelah dirasa cukup mapan, dua tahun terakhir, Naja lalu memilih melakukan ekspansi ke Makassar. Tak butuh waktu lama, perusahaan Naja mampu mengambil peran penting di Makassar. Saat ini, perusahaannya merupakan salah satu mitra PT Gowa Makassar Tourism Development (GMTD), sebuah perusahaan konstruksi berskala nasional.
Demikian kisah Najamuddin, anak petani miskin yang jadi pengusaha dan kontraktor sukses di Sulawesi Selatan. Semoga bermanfaat.