Dia pun kembali bangkit. Namun sayangnya tak lama terjadi pandemi Covid-19. Hal tersebut sangat berdampak pada bisnis donatnya.
"Awal merintis harga bahan baku masih stabil, kemudian baru berjalan ada pandemi. Itu berpengaruh besar terhadap keberlangsungan produksi, jadi susah memasarkan dan beli bahan baku. Tapi tetap semangat untuk tetap produksi karena ingat teman-teman," tuturnya.
Akhirnya bisnisnya terus berjalan, bahkan kini semakin berkembang. Tim produksi yang awalnya hanya empat orang, kini menjadi 8 orang. Sementara yang memasarkan produknya saat ini ada 14 orang. Mereka memasarkan ke warung-warung.
Dia mengakui, saat pandemi memproduksi donat sebanyak 200 boks per hari, di mana satu boks berisi 12 donat, sehingga jika dijumlahnya mencapai 2.400 donat. Jumlah tersebut terus meningkat hingga saat ini.
Puncaknya, JEC Donat bisa memproduksi lebih dari 500 boks atau sekitar 6.000 donat. Dengan harga eceran Rp3.000 per piece, maka penghasilannya sekitar Rp18 juta per hari.
Dia menuturkan, yang menjadi motivasinya berbisnis karena ingin bermanfaat bagi orang lain. Jumena menuturkan, pernah suatu waktu karena minyak langka dan mahal, produksi terpaksa berhenti selama beberapa hari.
"Tim pemasaran teriak-teriak, bisnis ini memang diandalkan, sumber penghidupan teman lain. Kalau saya enggak produksi, bagaimana dengan yang lain? Sesulit apa pun, kalau bisa, kita tetap produksi," tutur Jumena.
Menurutnya, menjadi kebahagiaan tersendiri bisa meringankan permasalahan rekan-rekannya. Dia mengatakan, setiap usaha selalu memiliki risiko, tapi jika dilakukan dengan semangat dan niat yang kuat terutama untuk membantu orang lain dan tidak hanya mencari keuntungan maka akan berkah usahanya.
Dia pun menyarankan untuk terus bergerak jika ingin sukses berbisnis. Jadi jika gagal, harus mencoba lagi sampai berhasil.
"Tidak ada pengusaha, pengusaha sukses sekali pun jalannya mulus. Tapi kalau tetap bergerak, dan semangat, Insya Allah akan dapat hasil yang kita harapkan, jangan putus asa," ucap Jumena.