Saat tiba di Ibu Kota, dia bekerja sebagai pedagang asongan di samping warteg milik kakaknya yang berlokasi di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Namun setiap kali berdagang, dia harus menghindar dari petugas agar tidak ditertibkan. Hal inilah yang membuatnya terpikirkan untuk membuka warteg setelah beberapa tahun berdagang asongan.
Sayudi mulai membangun warteg pertama di jakarta selatan dengan nama MM (modal mertua). Nama itu muncul karena ia membuka warteg dengan modal pinjaman mertuanya. Kala itu, mertua Sayudi meminjamkan sertifikat rumah untuk jaminan mengambil pinjaman di bank.
Awalnya, wartegnya hanya berdiri di bangunan semi permanen yang dibuat oleh pemerintah daerah pada waktu itu. Setelah punya modal, ia kemudian menyewa tempat lalu membuka wartegnya.
Namun, perjalanannya sebagai pengusaha warteg tidak mulus. Dia sempat bangkrut dan kembali berdagang asongan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.