JAKARTA, iNews.id - Hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia sudah terjalin sejak lama. Pasalnya saat awal kemerdekaan Indonesia, Rusia (yang saat itu masih Uni Soviet) adalah salah satu negara yang menyambut baik kemerdekaan Indonesia.
Tidak hanya itu, di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun Rusia turut menyuarakan agar permasalahan kedaulatan Indonesia segera teratasi dan mendesak Majelis Umum PBB untuk menghentikan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda serta meminta dunia internasional mengakui kedaulatan Indonesia.
Dikutip dari berbagai sumber oleh MNC Portal Indonesia, Minggu (3/7/2022), pada 3 Februari 1950 merupakan awal hubungan diplomatik Bilateral Indonesia dan Rusia (Uni Soviet) diawali pada saat Wakil Presiden M. Hatta mengirim surat kepada pemerintahan Rusia (Uni Soviet) yang berisikan permintaan pengakuan Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Kemudian, Rusia (Uni Soviet) menjawab surat pemberitahuan dari M. Hatta pada tanggal 25 Januari 1950 dan berjanji bahwa Uni Soviet akan mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia Serikat.
Lalu, Bung Hatta kembali membalas surat dari Rusia (Uni Soviet) yang menyatakan bahwa pihak negara Indonesia sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih atas pengakuan ini dan siap memulai untuk perundingan tentang penetapan hubungan diplomatik antar dua negara.
Indonesia dan Rusia banyak bekerja sama dalam berbagai bidang, seperti kerja sama politik, kerja sama ekonomi, kerja sama militer dan kerja sama lainnya.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, perihal kerja sama di bidang perekonomian, pada 3 Maret 2021, melalui Forum Konsultasi Bilateral Indonesia – Rusia ke-4 yang dipimpin oleh Dirjen Amerika dan Eropa, Kemlu RI dan Deputi Menlu Rusia yang berlangsung secara virtual, Indonesia dan Rusia sepakat untuk menghilangkan hambatan perdagangan guna mencapai target volume perdagangan.
Saat pertemuan itu berlangsung, Indonesia menekankan tiga hal penting untuk memperkokoh kerja sama kedua negara, yaitu membangun kemitraan strategis yang lebih action-oriented, penguatan diplomasi ekonomi dan refocusing prioritas kerja sama di era new normal.
Kesepakatan ini bertujuan untuk menuntaskan hambatan perdagangan, kedua pihak sepakat perlunya pembahasan khusus yang juga melibatkan pemangku kepentingan kedua negara (one-and-half track) agar tercapainya target volume perdagangan sebesar 5 miliar dolar AS.