"Kalau sekarang Pertalite jauh di bawah harga Pertamax, berarti ada subsidi keekonomian yang besar dari pemerintah. Ke depan, ini tergantung dari harga minyak dan BBM dunia, maupun nilai kurs rupiah. Itu yang menentukannya kalau bicara Pertalite," kata Soemarno dalam acara daring Energy Corner, Senin (24/10/2022).
Dia menuturkan, harga minyak mentah sempat mengalami penurunan dibandingkan pada periode awal tahun. Hal tersebut terjadi karena kondisi pasar yang pesimistis lantaran adanya potensi resesi.
Kondisi tersebut lantas membuat OPEC memutuskan untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph). Dampaknya, harga kembali naik di level 90 dolar AS per barel.
"Bagi OPEC biaya yang terbaik 90 dolar AS per barel. Karena itu OPEC menurunkan produksi untuk menjaga harga minyak di level 90 dolar AS per barel," tutur Soemarno.
Di samping itu, lanjutny, harga BBM dalam kondisi normal di masa lalu, ketika harga minyak menyentuh 100 dolar AS per barel, maka sudah sudah pasti harga BBM di pasaran untuk Pertamax berada di level Rp12.000 per liter.
"Tapi sekarang mencapai Rp14.000 per liter, kenapa begitu? Karena harga BBM, meningkatnya margin harga minyak dan BBM baik itu bensin dan Solar itu besar karena suplai. Dengan adanya krisis Ukraina ini suplai dari Rusia terhenti, jadi Rusia gak hanya eksportir minyak, tapi juga BBM," ungkap Soemarno.
Dia pun memperkirakan harga keekonomian Pertalite saat ini telah mencapai di atas Rp 11.000-an per liter. "Pertalite (harga keekonomian) sekitar Rp 11.000-an sekarang dengan kurs Rp 15.500 per dolar AS," ujar Soemarno.