Setelah 5 bulan menekuni hal tersebut, Ia menawarkan diri menjadi baker untuk menggantikan beberapa rekannya yang berhalangan masuk. Tanpa pikir panjang, atasannya pun menyetujui.
Qomarudin mampu melakukan tugasnya dengan baik, sehingga pada akhirnya diangkat menjadi baker di toko kue tersebut. Ketika sudah cukup menguasai proses pembuatan kue selama 1 tahun, Ia kemudian melamar di toko roti lain dengan pendapatan yang lebih besar dari toko sebelumnya. Bahkan Qomarudin bekerja di 2 toko roti.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Qomarudin nekat mendirikan toko Roti Cak'O, sengan modal seadanya. Tak disangka, masyarakat menyerbu roti bikinannya, jualannya pun bahkan habis dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Ia kemudian mulai meningkatkan kuantitas produksinya, dari yang tadinya hanya 5 kg, bertambah menjadi 8 kg sampai akhirnya 10 kg.
“Kalau ada acara selamatan, mereka selalu pesan roti Cak’O. Mereka bilang rotinya enak dan karena kami jual dengan harga murah jadi banyak yang pesan. Orang pada tau toko ini dari mulut ke mulut, jadi mereka cerita ke temen - temennya dan banyak yang menghubungi kami,” ujarnya.
Per harinya, Qomarudin bisa memproduksi sekitar 1.200 hingga 1.500 kue. Bila ada pesanan, ia bahkan mampu menjual 2.500 hingga 4.000 kue dalam satu harinya.
Omzetnya pun mengalami peningkatan, dari hanya Rp500.000 per hari, meningkat menjadi Rp1 juta per hari bahkan pernah mencapai Rp10 juta per hari.
“Prinsip kami tidak banyak mengambil modal, tapi yang paling penting usahanya ini jalan terus. Menurut kami kontinuitas itu yang paling penting,” tutur Qomarudin.