Insiden yang paling mengerikan adalah letusan dahsyat Gunung Merapi pada 2010 silam. Kejadian ini membuat banjir lahar dingin di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi, sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan di sekitar bantaran sungai.
Selain menimbulkan kerugian materi, lahar hujan juga mengancam keselamatan warga yang tinggal maupun beraktivitas di sekitar sungai.
“Bila nanti terjadi sesuatu atau tidak diinginkan, mereka sudah sadar semua, untuk petani semua sudah mengikhlaskan karena mereka sadar, mereka cuman menggarap, bukan hak mereka,” kata dia.
Partono mengaku aktivitas pertanian sudah dilakoni warga sejak lima tahun lalu. Selama periode itu, sudah puluhan kali warga memanen hasil tanam mereka, sehingga perekonomian warga mencukupi.
“Ini untuk menanam padi ini sudah 5 tahun, petani ini pada kalau istilah orang sini bedel, bedel itu jadi, bikin sawa secara manual, karena ini dulu kan tidak bisa ditanami semua, akhirnya batu-batu kecil diambil, terus dipakai pematang sawa itu akhir ini bisa ditanam seperti ini,” ucapnya.