Untuk mendukung upaya tersebut, kata Mentan, semua pihak harus terlibat baik dari TNI, Polri, Kejaksaan, petani maupun dukungan langsung dari Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) yang memiliki peta wilayah sungai berair dan sawah kering.
"Yang pasti kita harus efisien dan efektif. Bahkan dari BPWS, sudah sepakat ya 200 pompa digunakan dan keluar. Nah, Bapak Ibu sekalian, ini dicek baik baik berapa pompa dibutuhkan untuk menaikkan indeks tanam," katanya.
Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto mendukung penuh upaya kementerian pertanian dalam memaksimalkan pompanisasi pada lahan-lahan kering di Jawa Timur. Apalagi, kata dia, Kabupaten Bojonegoro selama ini adalah penghasil beras terbesar ketiga untuk wilayah Jatim.
"Bojonegoro ini daerah terbesar ketiga produksi padi di Jatim. Namun kami punya tantangan besar karena kalau musim hujan resikonya banjir dan kalau musim kering seperti ini resikonya sangat panjang hingga delapan bulan. Tapi kami berupaya menjaga produksi maksimal dimana angka pada 2023 mencapai 705 ribu ton. Jadi kami mendukung penuh pompanisasi yang dilakukan," ucapnya.
Seperti diketahui, luas hamparan sawah di Bojonegoro mencapai 115 hektare dengan rata-rata penggunaan varietas adalah inpari 32 atau indeks pertanaman 200. Adapun produktivitas di sana mencapai 7,5 ton per hektare dengan kadar air 21 persen. Sementara itu, rata-rata harga gabah di sana mencapai Rp7.100.