"Seperti banyak orang, saya tumbuh dengan khawatir tentang uang. Di usia muda saya ingat menunggu dalam antrean dengan ibu saya untuk distribusi makanan pemerintah. Sampai dewasa, saya terus-menerus khawatir tentang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan. Tapi itu tidak pernah benar-benar tentang uang itu sendiri. Itu selalu tentang apa yang bisa dilakukan uang," kata Green.
Pria berusia 44 tahun itu menambahkan, meskipun uang tidak dapat membeli kebahagiaan, tetapi uang 'dapat memberdayakan kita untuk mengubah hampir semua hal' jika digunakan oleh orang yang tepat dan pada waktu yang tepat.
Green menjelaskan bahwa dia akan berinvestasi dalam bisnis, komunitas, dan individu, melalui bagian amal dari yayasan keluarganya yang disebut Dataphilanthropy, dengan menggunakan waktu dan uang untuk memungkinkan kesuksesan.
"Filantropi saya bukan tentang politik atau pemberian, ini tentang mendapatkan hasil terbaik untuk semua bakat potensial, yang hanya dapat bermanfaat bagi bangsa kita, dan umat manusia. Ini akan membantu orang melangkah ke peluang, bukan berdiam diri," ucapnya.
Dia juga menguraikan mimpinya untuk membuat pendidikan lebih mudah diakses oleh semua orang. "Pendidikan memberi kita semua lebih banyak kesempatan, dan warga negara yang berpendidikan sangat penting untuk masyarakat yang berfungsi dan sukses," tuturnya.
"Dalam beberapa hal, di sebagian besar dunia barat, saya pikir kita telah melupakan peran mendasar yang dimainkan pendidikan dalam menciptakan peluang, dan meningkatkan peluang, untuk semua orang," sambungnya.