"Kalau konsen kami lebih ke kualitas kalau petani cash lebih cepat. Jadi kita punya standar supply yang tadi ada di spanduk itu sudah kami sosialisasikan ke petani tapi memang masih belum optimal," ujarnya ketika ditemui di Pabrik Berau Cocoa, Kalimantan Timur, Kamis (8/12/2023).
Sementara itu untuk tahun depan, Berau Coal memiliki strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan cara memindahkan fasilitas fermentasi menjadi lebih dekat dengan sumbernya ,yaitu kebun petani. Fasilitas yang dipindahkan yaitu untuk fermentasi dan pengeringan, namun untuk gudang tetap akan berada di pabrik kakao.
"Kalau yang sebelumnya dari kampung, kita tarik ke sini biji basahnya untuk kita olah, maka nanti akan kami dekatkan ke kampung penghasilnya. Jadi prosesnya ada disini jadi petani bisa lebih kapanpun anytime bisa supply ke kita. Kita prosesnya langsung di lokasi, setelah kering baru kita tarik kesini untuk sortir dan pengiriman," tuturnya.
Namun, mimpi besar itu masih terhalang sulitnya merekrut petani untuk bisa sama-sama mengembangkan ekosistem kakao ini. Selain itu diakuinya, bibit kakao ini juga masih harus dipesan dari Jember lantaran di Berau belum ada lembaga ataupun entitas yang bisa menghasilkan bibit tersertifikasi.
"Kenapa penting tersertifikasi? Agar bisa dipastikan bahwa ketika petani menanam maka dalam 3 atau 2 tahun kedepan hasilnya memang nyata. Kalau yang sekarang kan banyak biji lokal ditanam lagi oleh petani tapi hasilnya ya kurang. Harus ada rekayasa genetik nah kita pastikan dr awal menanam bibitnya akan menghasilkan 1 ton minimal per tahun," kata dia.