IATA menorehkan pendapatan sebesar 166,6 juta dolar AS hingga November 2022 melonjak 130,2 persen year on year (yoy) dari 72,4 juta dolar AS tahun lalu. Angka tersebut mengalahkan kinerja 2021 dengan selisih yang signifikan, yaitu meningkat 110,5 persen dibandingkan dengan keseluruhan kinerja 2021 sebesar 79,1 juta dolar AS.
Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1 persen yoy dari 22,9 juta dolar AS pada sebelas bulan 2021 menjadi 45,8 juta dolar AS pada sebelas bulan 2022. Bahkan dibandingkan dengan 2021, kinerja sebelas bulan 2022 IATA jauh mendominasi.
Kinerja gemilang IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional. Untuk proyeksi tahun 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT.
Dengan asumsi harga batu bara 50 dolar AS/MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar 350 juta dolar AS. Angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan Perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.
Saat ini, IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20 persen keseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. Tidak berhenti di situ, Perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 Ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.