Meski begitu, banyak perusahaan di sektor restoran dan sektor lainnya telah memperingatkan bahwa tekanan konsumen akan terus berlanjut. CEO McDonald’s Chris Kempczinski menyampaikan kepada para analis bahwa kehati-hatian dalam berbelanja juga berlaku di seluruh dunia.
“Perlu dicatat bahwa pada kuartal pertama, lalu lintas industri cenderung menurun di AS, Australia, Kanada, Jerman, Jepang, dan Inggris,” ucap Kempczinski.
Selama berbulan-bulan, para ekonom telah memperkirakan bahwa konsumen akan mengurangi pengeluaran mereka sebagai respons terhadap kenaikan harga dan suku bunga.
Namun, perlu waktu bagi jaringan restoran cepat saji untuk menyadari bahwa penjualan mereka benar-benar menyusut, meskipun beberapa kuartal sudah ada peringatan kepada investor bahwa konsumen berpendapatan rendah melemah dan konsumen lain mulai beralih dari pilihan yang lebih mahal.
Tidak jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan penjualan rantai makanan cepat saji, meskipun para eksekutif memberikan jadwal dan rencana yang optimistis untuk mengembalikan penjualan ke jalurnya.
Sementara itu, Starbucks menyebut pelanggan sesekali tidak membeli kopi di jaringan tersebut karena mereka menginginkan lebih banyak variasi dan nilai. Selain itu, McDonald’s berencana menciptakan 'value menu' yang akan menarik pelanggan yang hemat. Namun, rencana tersebut menghadapi penolakan dari para pewaralabanya.