Arsjad mengungkapkan, Kalimantan adalah pulau terbesar di Asia dan terbesar ke-3 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 24 juta jiwa di 3 negara yang mendiami Kalimantan, terdapat potensi yang signifikan untuk meningkatkan perdagangan di Brunei Darussalam, Kalimantan, Labuan, Sabah, dan Sarawak.
"Untuk itu, pertemuan Borneo Business Roundtable menjajaki peluang-peluang yang timbul dari keberadaan IKN Nusantara bagi negara tetangga dan dunia usaha, menuju terbentuknya Green Economic Hub di ASEAN," kata Arsjad.
Pembuatan Konten
Sementara itu, Ketua ASEAN-BAC Brunei Darussalam, Haslina Taib, menjelaskan BEC bertujuan untuk berfungsi sebagai asosiasi bisnis yang inklusif dan berbasis keberlanjutan bagi perusahaan-perusahaan di Kalimantan dan para profesional di bidang-bidang yang sedang berkembang, seperti mereka yang terlibat dalam gig economy, pembuatan konten, dan kerja jarak jauh.
Tujuan ini akan diwujudkan melalui berbagai inisiatif, termasuk pasar dan program yang dirancang untuk mengurangi hambatan bagi UMKM, usaha pedesaan dan sosial, serta digital nomads dan individu terampil.
“Kami tetap berkomitmen mendorong keberlanjutan regional di ASEAN, mengatasi tantangan bisnis di Pulau Kalimantan, dan meningkatkan kolaborasi, baik di dalam maupun di luar Kalimantan,” ujar Haslina.
Pada kesempatan itu, juga diluncurkan platform digital DagangBorneo, yang berfungsi sebagai pasar digital kooperatif bagi dunia usaha, investor, profesional digital, dan pemerintah Kalimantan.
Tujuannya adalah untuk mempromosikan fasilitasi perdagangan dan digitalisasi, meningkatkan kompatibilitas sistem konektivitas regional, meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, dan memperkuat posisi perdagangan global ASEAN.