"Rasio posisi utang terhadap modal (debt to equity ratio) perseroan tercatat 0,77x, masih jauh dari batas yang ditentukan sebesar 2,5x," ujar Anton.
Dia menjelaskan, pembayaran tersebut berasal dari Proyek Tol Becakayu yang merupakan proyek turnkey pertama perseroan. Dia mengatakan, proyek turnkey memiliki margin keuntungan yang lebih besar dibandingkan non turnkey meski kontraktor baru dibayar saat proyek selesai.
"Penyelesaiaan proyek Becakayu membuktikan bagaimana Waskita Beton memiliki kemampuan dan manajemen pendanaan yang sangat baik. Ini yang membuat marjin Waskita Beton jauh melampaui emiten di sektor precast dan jasa konstruksi lainnya," ucapnya.
Saat ini, anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk itu masih memiliki dua proyek turnkey yang belum dibayar, yaitu Proyek Jalan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) dan Cimanggis – Cibitung. Proyek KBLM sudah dibayar Rp655 miliar dan akhir Desember akan ada realisasi pembayaran sebesar Rp1,6 triliun. Sisanya tahun depan.
"Begitu juga untuk Cimanggis - Cibitung terealisasi pada tahun depan dengan pembayaran termin sekitar Rp2,6 triliun atau 100 persen," ujar dia.