Awair menerbangkan dua Airbus A310, yang disewa dari RegionAir atau perusahaan pembiayaan di Singapura. Namun setelah 18 bulan mengudara, Awair tidak lagi beroperasi karena adanya deregulasi penerbangan.
Karena mengalami kebangkrutan, pesawat dikembalikan ke Singapura dan 90 persen karyawan di-PHK. Meskipun demikian, masalah akhirnya dapat teratasi setelah Pin Harris bekerja sama dengan Tony Fernandes, CEO Group AirAsia Bhd.
Kesepakatan jual beli saham Awair akhirnya ditandatangani pada Agustus 2004, di mana Pin Harris mendapatkan 20 persen saham. Awair kemudian dapat terbang kembali pada 8 Desember 2004 menggunakan Boeing 737-300.
Meskipun Tony Fernandes tidak meminta adanya perubahan nama, Pin Harris justru mengubah nama PT Awair International menjadi PT Indonesia AirAsia, mengikuti kesuksesan PT Thai AirAsia di Thailand.
Sayangnya, cobaan kembali menerpa dirinya saat pesawat AirAsia Indonesia mengalami kecelakaan pada 28 Desember 2014.