Beberapa pemegang obligasi telah mendorong Evergrande untuk memperbaiki kesepakatan restrukturisasi dengan aset domestik, tetapi proposal yang disampaikan pada hari Rabu itu tidak memasukkan persyaratan tersebut.
Adapun, hasil dari rencana perombakan utang Evergrande kemungkinan akan berdampak pada proposal serupa yang sedang dikerjakan oleh serangkaian pengembang China lainnya yang mengalami gagal membayar kewajiban pada tahun lalu.
Langkah ini juga dilakukan di tengah upaya Beijing untuk menstabilkan sektor properti yang dilanda krisis likuiditas, yang menyumbang sekitar seperempat dari output ekonominya, sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan pertumbuhan.
Perwakilan dari pemohon penutupan Evergrande, Top Shine Global Ltd menyebut, pihaknya masih mempelajari proposal tersebut untuk melihat apakah akan mendukung rencana tersebut atau terus mendorong permintaan likuidasi.
Jika Evergrande gagal melanjutkan rencana restrukturisasi, perusahaan mungkin harus menghadapi proses likuidasi yang diajukan oleh investor di salah satu unitnya di pengadilan Hong Kong.