Dia mengungkapkan, tingginya kebutuhan batu bara China turut memengaruhi kebijakan impor negara tersebut. Pasalnya, China Electricity Council (CEC) memperkirakan konsumsi listrik tahun 2021 ini naik 7-8 persen dibanding tahun 2020. Selanjutnya pemerintah China pun melakukan relaksasi impor sehingga turut mengerek harga batubara global.
Berdasarkan data Refinitiv, sepanjang minggu lalu harga kontrak batu bara ICE Newcastle naik lebih dari 6 persen. Di akhir perdagangan pekan lalu, bahkan harga batu bara thermal acuan semakin mendekati 92 dolar AS atau Rp1,32 juta per ton.
Perhitungan nilai HBA sendiri diperoleh dari rata-rata empat indeks harga batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
Sebagai catatan, nilai HBA sejak tahun 2021 cukup fluktuatif. Dibuka pada level 75,84 dolar AS per ton di Januari, HBA mengalami kenaikan pada bulan Februari 87,79 dolar AS per ton, sempat turun di Maret 84,47 dolar AS per ton, dan naik lagi pada April di angka 86,68 dolar AS per ton.
Nilai HBA bulan Mei ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) selama sebulan.