Sedangkan untuk prospek emas di tahun 2018, Reade mengatakan, kebijakan moneter akan terus menjadi pendorong signifikan terhadap permintaan logam mulia tersebut.
"Dengan inflasi yang masih terkendali di seluruh dunia, kita melihat pengetatan kebijakan moneter cenderung lunak," tuturnya.
Federal Reserve AS pekan lalu baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga ketiga dan terakhir pada 2017, dan mengisyaratkan tiga, bukan empat, dalam kebijakan suku bunga tahun depan. Pendekatan bertahap diinterpretasikan oleh pengamat pasar sebagai dovish, dan sampai tingkat tertentu mendukung harga emas.
Bank Sentral Eropa, Bank of England dan Swiss National Bank telah memilih untuk tidak mengikuti langkah mitra AS, sehingga suku bunga utama mereka tidak berubah.
Selain kebijakan moneter, analis melihat dua faktor lain yang berpotensi memengaruhi harga emas.