Selain dari sisi modal, lanjut Nicke, Pertamina juga akan mendorong dari sisi bisnis. Dia mengakui, Pertamina dan PGN selama ini saling beradu satu sama lain dalam pengembangan infrastruktur migas. Dengan penyatuan ini, dia berharap perusahaan lebih fokus menggarap dan memperluas pangsa pasar.
Nicke mengatakan, Pertamina selama ini hanya fokus melakukan pemasaran di wilayah Sumatera dan Jawa. Dengan demikian, ke depan, wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur juga akan digarap secara serius, terutama dari sisi midstream dan downstream.
"Ini kita melakukan integrasi sehingga kita bisa menyediakan jasa dan pelayanannya kepada seluruh masyarakat dan industri dalam satu badan. Sehingga kita harapkan, pasarnya akan semakin meluas,” katanya.
Ketiga, kata Nicke, adalah efisiensi. Dengan skema holding, perusahaan akan jauh lebih efisien. Efisiensi ini tidak hanya dalam bentuk biaya operasional (operational expenditure/opex), tapi juga belanja modal (capital expenditure/capex).
Terakhir, Pertamina juga akan menyelaraskan strategi antara Pertamina dan PGN, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.
"Apa yang harus kita lakukan dalam short term dan medium term agar target-target itu tercapai. Salah satu yang segera kita lakukan, tentu kita akan me-review bersama-sama adalah RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dan RJP (Rencana Jangka Panjang) dari PGN dan Pertagas, begitu juga dengan Pertamina," tuturnya.