Manajemen mengakui terus memperhatikan kondisi pasar transportasi udara dengan fokus terhadap rute domestik. Maka dari itu, manajemen akan lebih selektif terhadap rute mancanegara.
“Fokus utama pada rute domestik dan selektif rute internasional yang memberikan hasil yang positif,” ucap manajemen dalam laporan keuangan audited di keterbukaan informasi, Senin (30/9).
Tak hanya itu, GIAA juga mendorong optimalisasi armada melalui penyesuaian atas armada yang ada saat ini. Manajemen mengungkap bahwa dari total 210 pesawat pada 2019, terjadi penurunan drastis pada 2021-2022 akibat pandemi.
“Sekarang mulai menjadi 159 pesawat sampai dengan tahun 2026,” tutur dia.
Sinergi perencanaan penerbangan juga menjadi perhatian GIAA dengan menerapkan harga yang dinamis dan sesuai rencana. Perusahaan juga mendorong efisiensi terhadap seluruh komponen biaya yang ada, hingga mendukung restrukturisasi untuk anak usaha.
Sebagai pengingat, GIAA mendapat suntikan sejumlah Rp7,5 triliun, dan Rp725 miliar dari Penyertaan Modal Pemerintah Republik Indonesia (PMN) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Ini merupakan pencapaian perusahaan terhadap langkah restrukturisasi sederet utang yang menumpuk, hingga akhirnya mendapatkan putusan homologasi pada 27 Juni 2022.
“Keberhasilan restrukturisasi utang dan pendanaan tambahan dari PMN, memberikan dampak positif kepada Perusahaan, baik terhadap kinerja keuangan dan operasi.” ujar manajemen.