"Struktur Terubuk merupakan salah satu undeveloped discovery, di mana potensi migas di area ini pertama kali ditemukan pada 1972 oleh KKKS Conoco Phillips Indonesia. Sudah dilakukan beberapa kali pengeboran sumur appraisal hingga 2000, namun karena dinilai belum ekonomis maka tidak berlanjut ke fase pengembangan lapangan," katanya.
Untuk saat ini, hasil temuan tersebut sedang dievaluasi SKK Migas untuk berlanjut ke tahapan pengembangan lapangan. Sumur Deliniasi sendiri merupakan sumur yang dibor setelah sumur taruhan (wildcat), bertujuan mendapatkan lebih rinci karakteristik reservoir hingga kemungkinan batas keberadaan migas.
"Seperti arahan bapak Kepala SKK Migas, kita harus mempercepat semua cadangan menjadi produksi," kata Susana.
Keberhasilan Medco EP Natuna menemukan tambahan cadangan migas menunjukkan potensi hulu migas di Indonesia masih prospektif. Mengingat di tengah pandemi Covid-19, menunjukkan industri hulu migas terus bergerak, dengan SKK Migas dan KKKS terus melaksanakan berbagai langkah agar tetap dapat beroperasi dan menemukan cadangan migas meski ada keterbatasan operasional akibat Covid-19.