Adapun Luhut bercerita, pada Desember 1975 saat ia mendapat tugas untuk terjun ke Timor Timur, istrinya rela berkorban demi keluarga mereka.
Padahal saat itu mereka masih menjadi pengantin baru dan baru mempunyai anak yang berusia dua tahun. Namun, sang kepala keluarga harus pergi melakukan tugas negara.
"Saat itulah ‘critical time’ pertama dalam kehidupan pernikahan kami. Banyak yang gugur dalam operasi tersebut dan ia tak tahu bagaimana kondisi suaminya di sana, karena tidak ada satupun alat komunikasi selain surat dan informasi dari komandan," katanya.
"Namun saya yakin dari kejauhan, bahwa setiap keberuntungan yang saya dapatkan, ada doa tulus dari istri yang selalu ia panjatkan," tutur dia.
Dalam momen perayaan ulang tahun perkawinan ke-52, ia berharap semoga tuhan terus memberikan kesempatan kepada ia dan istri untuk merawat cita-cita berdua, lewat pendirian Research Center di Toba.
"Tempat di mana anak-anak bertalenta dari seluruh Indonesia bisa belajar dan berinovasi mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi yang mereka minati. Sederhana memang, namun saya berharap bisa menjadi bukti cinta kami kepada bangsa dan negara sehingga mutu pendidikan Indonesia di masa depan bisa sejajar dengan negara maju di dunia," ucap dia.