Chinthaka Pushpakumara, ayah dan pengawas rumah tangga dari Polonnaruwa, terletak sekitar 227 km dari Kolombo, mengatakan ingin ke luar negeri agar ketiga anaknya memiliki masa depan yang lebih baik. Tapi dia khawatir meninggalkan mereka.
"Itu bukan keputusan yang mudah untuk dibuat. Anak bungsu saya baru berusia 1,5 tahun. Saya harus tetap kuat, jika tidak keluarga saya akan menderita," ucap Pushpakumara.
Dia bukan satu-satunya pekerja industri pariwisata yang meninggalkan Sri Lanka, yang sangat bergantung pada pendapatan sektor tersebut. Sanath Ukwatte, mantan presiden Asosiasi Hotel Sri Lanka mengatakan, industri telah kehilangan sekitar 15.000 profesional.
"Kami (pemilik hotel) sangat khawatir, tetapi kami tidak bisa memaksa mereka untuk tetap tinggal. Saat ini kita sedang menghadapi masa yang penuh tantangan," ujarnya.
Sebagian besar profesional industri pariwisata mencari pekerjaan di Maladewa, serta Dubai, Qatar, atau di tempat lain di Timur Tengah.
Warga Sri Lanka yang mencari pekerjaan di luar negeri sebagian besar adalah pekerja semiterampil seperti tukang ledeng, pengemudi, dan mekanik. Pemerintah tahun ini telah mengirimkan 138.460 tenaga kerja terdaftar ke luar negeri dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 122.321 orang. Namun jumlahnya yang tidak terdaftar masih banyak.
Menteri Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja Asing Sri Lanka Manusha Nanayakkara mengatakan, warga Sri Lanka pergi ke luar negeri untuk bekerja adalah hal yang baik karena negara itu membutuhkan pengiriman uang asing. Dia menuturkan, toko-toko dan bisnis skala kecil lainnya telah tutup, mendorong banyak orang menjadi pengangguran.
Pada 20 Juni 2022, kabinet menteri mengeluarkan proposal untuk menurunkan usia legal perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri dari 25 tahun menjadi 21. Ini untuk mendorong semua pekerja migran mendaftar ke pemerintah.
Namun, meninggalkan rumah mereka bukanlah keputusan mudah. Sebuah video yang dibagikan di media sosial baru-baru ini terukir di benak Pushpakumara.
"Itu adalah video seorang anak kecil yang menelepon ayahnya ketika dia akan berangkat kerja. Saya tidak bisa menonton video sampai selesai. Saya mematikan ponsel saya. Saya tahu saya harus tetap kuat," tuturnya.