“Jadi jangan sampai nanti saya ditempelin dengan tulisan Mrs No, karena tidak. Kalau saya no, berarti tidak ada pembangunan dalam hal ini, buktinya ada. Jadi, ini masalah selektivitas dan kualitas. Tentu ini juga menunjukkan bahwa kita semuanya menggunakan uang rakyat secara responsible," kata Sri Mulyani.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa selama pandemi Covid-19, pemerintah harus mengambil langkah-langkah luar biasa, termasuk penggunaan instrumen fiskal yang tidak biasa. Salah satunya adalah ekspansi fiskal yang besar melalui burden sharing dengan Bank Indonesia.
“Kami dengan Bank Indonesia melakukan komunikasi secara hati-hati, konstruktif dan transparan kepada seluruh pelaku pasar dan masyarakat, termasuk kepada politisi sehingga kita bisa mendesain dan mengkonstruksikan sebuah effort yang luar biasa, namun tetap prudent dan memiliki kredibilitas yang terjaga. Indonesia termasuk negara yang sedikit sekali negara di dunia ini yang mampu melakukan konsolidasi fiskal pasca pandemi hanya dalam waktu dua tahun, itu tidak terjadi di banyak negara," ucap dia.
Sebelumnya, persepsi Sri Mulyani dijuluki ‘pelit’ dikatakan Enggar dalam sambutannya. Ia menilai Sri Mulyani sosok Bendahara Negara yang sangat ketat untuk mengeluarkan anggaran, meskipun ia paham jika tidak begitu maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa jebol.
"Sebagai Bendahara Negara, ketat betul beliau. Beliau lebih memilih tidak disukai termasuk oleh koleganya, yaitu saya sendiri, ya agak-agak sulit kepada Ibu Sri Mulyani karena setiap saya minta uang, sebelum saya bicara, beliau sudah menyatakan 'tidak dulu'. Tetapi kita bisa bayangkan kalau Bendahara Negara mengiyakan semua, maka jebol lah APBN ini," kata Enggar.