DUBAI, iNews.id - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati berbicara mengenai potensi Indonesia menjadi penyediaan kredit karbon. Hal itu disampaikan di Voluntary Carbon Market (VCM) atau pasar karbon sukarela pada Senin (4/12) kemarin.
Menurutnya, Indonesia pada dasarnya telah berkontribusi sebesar 15 persen pada VCM dengan nilai mencapai 163 juta dolar. Tak cuma itu, Indonesia juga bisa menjadi penyedia kredit karbon dengan nilai mencapai 190 miliar dolar AS.
"Sejak 2016 hingga 2020, kontribusi Indonesia pada VCM Asia mencapai 15 persen (31,7MTon CO2e), dengan estimasi nilai transaksi offset karbon sebesar 163 juta dolar AS didominasi sektor kehutanan dan penggunaan lahan. Indonesia juga memiliki potensi besar untuk menjadi penyedia kredit karbon berbasis alam —dengan mekanisme offset mencapai 1,3 gigaton CO2e senilai 190 miliar dolar AS," tulis Sri di akun Instagram resminya @smindrawati di Dubai, Selasa (5/12/2023).
Sementara itu dari sisi kredit karbon berbasis teknologi yang mulai diperdagangkan pada Indonesia Carbon Exchange (IDXCarbon) per 25 Oktober 2023, tercatat sebanyak 464,843 ton CO2e diperdagangkan dengan nilai Rp69.900/unit karbon (4,43 dolar AS/ton CO2e) dengan total nilai mencapai 1.85 juta dolar AS. Ini menunjukkan potensi ke depan yang masih luar biasa besar.