"Ini bukan angka kecil. Dengan naiknya harga baterai atau komponen terkait, nilai ekonominya akan terus meningkat tiap tahun," tuturnya.
Pabrik ini ditargetkan mampu memproduksi baterai hingga kapasitas 15 gigawatt (GW). Jika dikonversi ke kebutuhan baterai kendaraan, kapasitas ini setara dengan 250.000 hingga 300.000 unit mobil listrik.
Lebih lanjut, Bahlil menekankan pentingnya kerja sama dengan mitra internasional, mengingat Indonesia memiliki sebagian besar bahan baku penting seperti nikel, mangan, dan kobalt, namun masih terbatas dalam hal penguasaan teknologi.
"Indonesia itu betul dari bahan baterai, nikel, mangan, kobal, dan litium. Yang kita tidak punya itu tinggal litium mangan, kobal, dan nikel kita punya semua. Tetapi teknologi itu memang belum terlalu kita miliki secara komperhensif, karena itu kita lakukan kerjasama dengan teman-teman dari China, khususnya CATL," ucap Bahlil.