Pasca kunjungan ke Indonesia pada 22 Mei, Tesla akhirnya memberikan lampu hijau untuk mengamankan pasokan nikel Indonesia dan telah menandatangani kontrak dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co untuk pasokan langsung baterai lithium-ion dari Morowali Industrial Park.
Zhejiang Huayou Cobalt sendiri merupakan produsen kobalt utama dunia dan di Indonesia diketahui memiliki pabrik HPAL Huayue Nickel Cobalt (HNC) yang suplainya disediakan oleh PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).
Sementara SCM sendiri mayoritas sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh PT Hamparan Logistik Nusantara, perusahaan yang baru-baru ini 55,67 persen sahamnya diakuisisi oleh Merdeka Copper Gold (MDKA) dengan nilai total Rp 5,4 triliun.
Luhut mengungkapkan bahwa Tesla Inc telah menandatangani kontrak pembelian nikel dari 2 perusahaan yang ada di Indonesia. Menurut Luhut, dengan membeli bahan baku nikel RI saja merupakan langkah awal positif.
Setelah pada 2021 lalu, Pemerintah Indonesia terus merayu hingga melakukan penandatanganan non-disclosure agreement (NDA) dengan Tesla. Namun faktanya kesepakatan itu berakhir dengan kegagalan.
"Tapi mereka sudah membeli, nah itu yang bagus, dua produk dari Indonesia. Dari Huayou, satu lagi dari mana, dia sudah tandatangan kontrak untuk lima tahun. Jadi dia (Tesla) sudah mulai masuk di situ, tahap pertama sudah masuk," ujar Ridwan Kamil.