BANDUNG, iNews.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong terbentuknya ekosistem industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, mengatakan industri TPT masih menjadi salah satu sektor manufaktur yang menunjang perekonomian Indonesia.
Pada saat pandemi Covid-19, lanjutnya, industri TPT Indonesia memang mengalami tekanan, namun perlahan sektor ini mulai menunjukkan perbaikan. Hal itu, antara lain terlihat dari investasi di industri TPS pada kuartal I 2023 yang melonjak dibandingkan kuartal IV 2022.
"Industri TPT ini masih jadi salah satu sektor strategis nasional. Bahkan pemerintah menginginkan agar industri TPT ini bisa masuk dalam lima besar dunia pada 2030," kata Adie, seperti dikutip Antara, Minggu (30/7/2023).
Menurut dia, selama ini banyak pihak menilai bahwa industri TPT merupakan salah satu yang masuk kategori sunset industry atau industri yang hampir mati. Hal itu ternyata bertolakbelakang dengan data dan angka yang menunjukkan pertumbuhan pada sektor tersebut.
Lebih lanjut ia mengatakan stigma negatif pada industri ini memang tidak bisa dihilangkan dalam waktu dekat. Untuk itu Industri TPT perlu memperlihatkan bahwa sektor ini mampu memberikan dampak positif pada pendapatan negara.
"Gonjang ganjing mengenai tekstil secara global ini ternyata tidak dirasakan di negara lain seperti Korea Selatan dan Taiwan. Itu bisa ada karena ekosistem idnustri TPT di sana sudah terbentuk, dan ini yang coba kami siapkan," ujar Adie.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin, Emmy Suryandari, mengatakan peningkatan investasi di industri TPT harus dibarengi dengan perbaikan sumber daya manusia (SDM).
Salah satu yang berperan dalam pengembangan SDM industri tekstil adalah Politeknik STTT. Menurutnya, sekolah vokasi seperti Politeknik STTT harus menghasilkan lulusan yang mampu beradapatasi dengan perkembangan industri khususnya di era digitalisasi 4.0.
"Sektor industri sekarang dihadapkan dengan revolusi industri dan ini harus bisa diadopsi oleh semua pihak baik kementerian perindustrian hingga para pelaku industri," kata Emmy seusai menghadiri Kongres ke-X IKA ITT-STTT-Politeknik STTT di Kota Bandung.
Keberadaan para pekerja di sektor industri TPT seperti lulusan Politeknik STTT harus mampu memberikan masukan kepada penyelenggara pendidikan agar ke depannya penyiapan SDM bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Dia mengatakan, para alumni dari kampus ini pun memiliki peran penting dalam jejaring usaha karena tidak dipungkiri para lulusan dari kampus yang berusia lebih dari 100 tahun ini sudah mempunyai kedudukan baik di pemerintahan maupun perusahaan.
"Para senior dari kampus ini yang sekarang sudah ada di berbagai perusahaan atau industri harus bisa membuka kesempatan lebih luas kepada mahasiswa atau lulusan yang bakal menjadi SDM industri TPT ke depannya," kata Emmy.
Menurut dia, kebutuhan SDM ini yang harus dibahas semua sektor sehingga industri TPT bisa mendapatkan tenaga kerja handal dan ahli di bidangnya. Dengan demikian, produk dari industri dalam negeri pun bisa bersaing dengan negara lain.
Ketua IKA ITT-STTT-Politeknik STTT, Riady Madyadinata, menuturkan persoalan di industri TPT memang beragam. Penurunan volume produksi pun bukan hanya di Jawa Barat, tapi hampir seluruh daerah yang memiliki kawasan industri TPT.
Untuk itu perlu sinergi antara pemangku kebijakan, perusahaan, dan para ahli tekstil agar sektor ini mampu tumbuh kembali usai diterpa pandemik Covid-19-19.
"Kami akan coba berbicara juga dengan seluruh stakholder yang berkepentingan sehingga industri tekstil ini jangan turun terus, tapi harus ada peningkatan," kata Riady.
Hal senada juga disampaikan Sekjen IKA Ananta Dwihasto yang menyebut bahwa penguatan industri tekstil harus diikuti dengan dengan peningkatan kapabilitas SDM dalam negeri. Ini berarti, pabrik tekstil bukan hanya didorong untuk memproduksi produk berkualitas, tapi juga menyiapkan SDM unggul.
"Ini menjadi perhatian bersama bahwa industri TPT yang baik dan tetap tumbuh tidak terlepas dari keberadaan SDM berkualitas," kata Ananta.