Meski penuh optimisme saat membangun L'ile Chocolate, Priscilla tetap tak luput dari tantangan besar yang sempat membuat usahanya nyaris terhenti total.
“Masa pandemi menjadi masa yang sangat berat. Padahal sebelumnya kami sudah mulai punya banyak buyer internasional, bahkan sempat kirim produk ke London dan beberapa wilayah di UK. Tapi saat pandemi datang, semua buyer menghilang, dan membuat kegiatan ekspor berhenti total,” ujar Priscilla.
Situasi tersebut membuat usahanya sempat berada dalam kondisi ‘mati suri’. Namun, alih-alih menyerah, Priscilla memilih untuk bertahan dan terus mencari cara agar bisnisnya bisa kembali bangkit. Proses pemulihan tentunya tidak terjadi seketika. Dia mulai menata ulang strategi bisnis secara perlahan, salah satunya dengan memperkuat pasar lokal terlebih dahulu sebagai fondasi untuk tumbuh kembali.
Dari segi pertumbuhan bisnis, awalnya memang berjalan lambat. Namun, pihaknya sangat terbantu dengan keberadaan kafe di Padang yang menjual produk turunan cokelat seperti kue, minuman dan cookies.
Dia juga menyebutkan bahwa permintaan dari pembeli internasional terus meningkat, terutama melalui produk unggulan mereka, yaitu chili chocolate cassava rocher, cokelat khas lokal yang berisi singkong balado sebagai pengganti kacang hazelnut seperti pada Ferrero Rocher. Selain itu, ia menambahkan bahwa penjualan juga telah merambah ke segmen Horeka, seperti resort-resort di Mentawai dan Bali.
“Di sisi lain, pandemi juga membuka jalan baru untuk kami. Saat salah satu buyer dari London membatalkan pesanan, kami melihat peluang untuk masuk ke pasar retail Jakarta,” imbuhnya.