"Diplomasi ekonomi harus diperkuat, pasar ekspor perlu didiversifikasi, dan ketergantungan pada komoditas primer harus dikurangi melalui hilirisasi dan penguatan manufaktur domestik," katanya.
Marwan menuturkan, pelemahan pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan hanya soal angka, tetapi cerminan dari masih belum sinergisnya instrumen kebijakan dan lemahnya efektivitas program pembangunan. Dengan langkah strategis, terukur dan belajar dari praktik kebijakan yang telah berhasil di masa lalu seperti keep buying strategy, menurutnya, pemerintah dapat menavigasi tantangan ekonomi saat ini.
"Dan membawa Indonesia kembali ke jalur pertumbuhan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan," ujar Marwan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,87 persen pada kuartal I 2025. Angka tersebut berada di bawah pertumbuhan kuartal I 2024 di level 5,11 persen.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, proyeksi dari IMF pada April 2025 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 akan tetap tumbuh.
"Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan lebih tinggi daripada capaian global dan tetap tumbuh dibandingkan pertumbuhan tahun 2024," ujar Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS di Jakarta, Senin (5/5/2025).
Adapun, proyeksi IMF juga menunjukkan bahwa inflasi di negara berkembang pada tahun 2025 diperkirakan relatif lebih tinggi dari kondisi global namun lebih rendah dibandingkan tahun 2024.