Sebuah survei yang dirilis semalam menunjukkan aktivitas manufaktur AS mencapai level tertinggi 14 tahun pada bulan Agustus. Hal ini memperkuat harapan adanya kenaikan suku bunga AS, dan mendukung dolar serta membantu imbal hasil obligasi AS mencatatkan level tertinggi tiga minggu.
Namun, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, turun 0,1 persen ke 95,337, tidak jauh dari level tertinggi dua pekan di 95,737 yang dicapai selama sesi sebelumnya.
Dolar Australia tercatat naik 0,3 persen menjadi 0,7196 dolar AS. "Setelah Aussie melaju, mata uang lainnya juga menguat," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities, dikutip dari Reuters.
Euro naik 0,16 persen lebih tinggi menjadi 1,1599 dolar AS, dan pound Inggris menguat 0,1 persen ke 1,2864 dolar AS. Dolar Selandia Baru memangkas kerugian awal dengan bergerak ke 0,6530 dolar AS
Terhadap yen Jepang, dolar nyaris tidak berubah, yakni 111,55 yen. Mata uang negara-negara berkembang jatuh semalam karena para investor khawatir ekonomi berorientasi ekspor akan terjebak dalam bentrokan konflik perdagangan yang meningkat.
Rand Afrika Selatan kehilangan sekitar 3 persen terhadap greenback pada Selasa karena ekonomi secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada kuartal kedua, sementara lira Turki dan peso Meksiko juga turun.
"Selama Amerika Serikat dan China bertengkar, mudah bagi harga komoditas jatuh dan mata uang pasar berkembang juga mudah dijual," kata Daiwa's Ishizuki.