Irfan menuturkan, Garuda saat ini beroperasi dengan 41 pesawat, dan tidak bisa menerbangkan pesawat lainnya karena belum melakukan pembayaran kepada penyewa pesawat selama berbulan-bulan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2020, emiten berkode GIAA itu mencatat penurunan pendapatan usaha 68 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 1,14 miliar dolar AS, setara Rp16 triliun dari 3,54 miliar dolar AS.
Penurunan pendapatan terjadi pada penumpang dan kargo. Pendapatan dari penumpang turun 71 persen menjadi 736 juta dolar AS dan kargo turun 26 persen menjadi 180 juta dolar AS.
Kendati demikian, pendapatan Garuda dari penerbangan charter naik hampir 4 kali lipat menjadi 47 juta dolar AS. Namun dari haji turun 100 persen alias 0 dari sebelumnya 294 juta dolar AS. Akibatnya, Garuda mencatatkan rugi bersih 1,07 miliar dolar AS atau Rp15 triliun. Padahal pada periode yang sama 2019, perseroan membukukan laba bersih 122 juta dolar AS.