Dia menuturkan secara struktur ekonomi Indonesia didominasi UMKM sehingga ikut mendukung stabilitas dan rendahnya volatilitas pertumbuhan. Di tengah krisis ini sektor perbankan nasional juga relatif aman dan likuiditasnya didukung oleh pemerintah.
"Bahkan, pertumbuhan kredit sudah mulai positif lagi. Saya masih yakin indks masih berpotensi ke 5.750-6.000 akhir tahun ini dan ke 7.000 akhir 2021," katanya.
Menurutnya ada sentimen positif karena omnibus law ciptaker disambut positif oleh investor dan juga Bank Dunia dan IMF. Serta banjirnya likuiditas di perbankan kita. "Pertumbuhan ekonomi kita tahun depan bisa mencapai 6 persen dengan asumsi bahwa badai covid19 berakhir akhir tahun ini," ujarnya.
Head Economist BNI Sekuritas Damhuri Nasution juga mengatakan meski tahun ini sulit untuk menghindar dari resesi. Namun resesi jangan membuat putus asa, tapi sebaliknya dengan adanya resesi ini kita harus lebih giat berusaha agar tetap bisa bertahan dan secara gradual kita bangkit dari resesi ini. "Bagi mereka yang memiliki dana berlebih di tengah resesi, sebaiknya jangan disimpan semua dalam bentuk deposito. Karena saat krisis seperti ini selain imbal hasilnya kurang menarik karena bunga rendah, sebagian bank juga tidak berharap kebanjiran DPK karena sulit disalurkan dalam bentuk kredit. Jadi uang yang nganggur sebaiknya sebagian digunakan untuk investasi," ujar Damhuri mengingatkan.
Lebih lanjut dia menambahkan momen saat ini tepat berinvestasi di pasar modal karena harga-harga saham sedang murah. Sudah barang tentu ini akan mengalami kenaikan bila perekonomian sudah keluar dari resesi. Kalau mau berinvestasi di sektor ril, biasanya harga-harga aset dimasa resesi juga cenderung murah. "Jadi resesi sebetulnya memberikan kita kesempatan untuk berinvestasi dengan potensi imbal hasil yang sangat menarik setelah resesi berlalu," ujarnya.