JAKARTA, iNews.id - Kisah Lo Kheng Hong yang nekat berhenti kerja untuk menjadi investor dimulai dari tahun 1996 atau saat dia menginjak usia 37 tahun. Sebelum memutuskan menjadi full-time investor, pria yang dikenal dengan sebutan Warren Buffett-nya Indonesia ini pernah bekerja di salah satu bank.
Lo Kheng Hong menyebut bahwa dirinya membeli saham pertama kali pada usia 30 tahun atau pada tahun 1989 saat masih bekerja.
"Mengapa saya berhenti? karena saya ingin fokus menjadi full-time investor. Karena saya kalau bekerja di bank tentu saya harus banyak kepusingan, target dari direksi harus saya penuhi, tiap hari harus melayani nasabah. Jadi saya pikir saya ingin fokus," ujar Lo Kheng Hong dikutip dari YouTube Syailendra Capital, Jumat (4/3/2022).
Sebelum memutuskan keluar dari pekerjaannya dan fokus menjadi investor, Lo Kheng Hong mengaku telah mendapatkan untung cukup banyak dari investasinya tersebut. Dia menyebut, perjalanan tujuh tahun di pasar modal membuatnya bertekad untuk sepenuhnya fokus di pasar modal.
Meski sudah lebih dari 30 tahun berinvestasi saham, Lo Kheng Hong mengaku belum merasa bosan. Dia mengaku semakin hari semakin cinta dan bergairah berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Dia menyebut, menjadi seorang investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) begitu nikmat dan asyik, di mana dirinya bisa hidup santai tapi dapat menghasilkan uang yang cukup banyak.
"Bahkan kalau saya ditanya kapan berhenti jadi investor? saya akan menjadi seorang investor saham sampai akhir hidup saya, sampai dipanggil oleh Yang Kuasa," kata dia.
Lo Kheng Hong mengatakan, ketika sudah memiliki saham perusahaan yang bagus, maka investor bisa tidur dan bisa menghasilkan uang lebih banyak uang daripada orang yang bekerja keras. Menurutnya, yang terbaik dilakukan ketika investor berinvestasi saham adalah tidur.
Selain itu, Lo Kheng Hong berkelakar dengan berinvestasi pada saham maka dirinya tidak perlu membangun perusahaan yang besar, namun tetap bisa menjadi pemilik perusahaan melalui saham yang dia miliki, seperti PT Gajah Tunggal Tbk hingga PT Global Mediacom Tbk.
"Seperti sekarang saya punya pabrik ban terbesar di Asia Tenggara (Gajah Tunggal), ga pernah bikin ban bisa punya pabrik, pemegang saham terbesar nomor tiga di pabrik ban terbesar di Asia Tenggara," ucapnya.
"Saya juga ga usah bisnis, bisa jadi pemegang saham terbesar nomor dua di perusahaan media, MNC (Global Mediacom). Jadi, enak, dan itu saya membelinya di harga diskon," sambungnya.