Setelah dua tahun menjalani sebagai full-time investor, Lo Kheng Hong menghadapi krisis moneter tahun 1998. Dia mengaku nyaris bangkrut saat krisis terjadi, di mana uangnya berkurang 85 persen dan hanya menyisakan 15 persen saja.
Saat memutuskan untuk fokus menjadi investor, Lo Kheng Hong sudah tidak memiliki pekerjaan. Namun, dia telah memiliki istri yang merupakan ibu rumah tangga dan punya dua orang anak.
Meski begitu, dia tetap optimis menjalani kehidupan sebagai full-time investor. Saat krisis terjadi, dia memutuskan untuk berinvestasi di satu saham yaitu PT United Tractors Tbk yang saat itu harganya anjlok menjadi Rp250 per saham.
"Kenapa saya beli United Tractors? masa harga saham Rp250 laba usaha per saham, laba usaha per saham Rp7.800, laba tahun 98 Rp1,1 triliun. Ga bisa diverifikasi saya put everything in United Tractors. Ini ada Mercy (merek mobil Mercedes Benz) dijual harga bajaj, saya beli seluruhnya di situ," tuturnya.
Lo Kheng Hong pun berhasil melalui krisis moneter tahun 1998, hingga akhirnya dia memutuskan menjual saham United Tractors yang dia miliki pada tahun 2004 di harga Rp15.000 per saham karena sejumlah alasan, salah satunya karena rights issue yang dilakukan perusahaan tersebut.
"Berikutnya, saya juga gemetar loh, kan duit saya kecil kok tiba-tiba jadi banyak, terus saya pikir kalau nanti dia tiba-tiba turun lagi gimana? saya juga ilmunya masih sedikit, akhirnya saya jual, akhirnya saham itu naik terus," ujarnya.
Itu tadi kisah Lo Kheng Hong yang nekat berhenti kerja untuk menjadi investor. Semoga kisah Warren Buffett Indonesia ini dapat menginspirasi para investor lain.