"Disini dilakukan upaya untuk bagaimana membuat UMKM tersebut go modern, dalam artian kita mulai dari pembinaan awal bagaimana memproduksi barang, bagaimana terus menjaga kualitas, bagaimana packaging nya, termasuk bagaimana mengelola manajemen keuangan dan pembukuan," kata Aman.
Hal itu, lanjutnya, juga merupakan hal yang penting yang harus dipahami dan dilakukan UMKM sehingga dari awal usaha mereka sudah betul-betul memisahkan antara keuangan pribadi dengan keuangan perusahaan.
Selanjutnya, Amam menjelaskan selanjutnya BRI membawa UMKM binaannya tersebut untuk Go Digital dan Go Online, pertama dengan memasukan UMKM tersebut ke dalam website yang dikembangkan oleh BRI Research Institute yang disebut Link UMKM dan yang dalam bentuk model klaster dengan nama Klasterku Hidupku.
"Jadi di dua model web ini itu UMKM-UMKM bisa melakukan self assessment sampai di tahap mana usahanya, bahkan ini bisa menentukan apakah UMKM-UMKM sudah naik kelas atau masih bertahan di kelas yang sama," ungkap Aman.
Untuk penilaian, BRI menggunakan 12 parameter yang salah satunya yang paling penting adalah budaya inovasi dari UMKM. Sebab, jika UMKM ingin go ekspor, maka yang terpenting adalah pelaku usaha harus selalu berinovasi membuat produk-produk yang unik dan sesuai kebutuhan negara-negara tujuan.
"Kemudian, di tahap improvement disini kita sudah mulai ajarkan UMKM UMKM tersebut untuk mengenal digital termasuk untuk mengenal e-commerce. Selanjutnya, kita mulai kenalkan juga dengan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan UMKM untuk go global, aktivitas ini bisa berupa kurasi dari produknya, atau kita punya program Pengusaha Muda Brilian dimana mencari pengusaha-pengusaha muda yang sudah menggunakan e-commerce untuk alat jualannya," tutur Aman.