JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah sore ini kembali ditutup melemah 33 poin ke level Rp15.815 per dolar AS setelah sebelumnya juga turun ke Rp15.730 per dolar AS. Hal ini menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, dolar AS mendapat dukungan dari lonjakan imbal hasil Treasury AS, yang melanjutkan kenaikannya, karena pasar bertaruh bahwa Gubernur Federal Reserve Jerome Powell akan memberikan nada hawkish pada pidatonya pada Kamis malam.
"Sentimen tetap lemah di tengah sedikitnya tanda-tanda eskalasi perang Israel-Hamas, yang membuat para pedagang tetap waspada terhadap aset-aset yang berisiko. Hal ini diperburuk oleh melemahnya pasar obligasi, karena para pedagang bersiap untuk menaikkan suku bunga," ujar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (19/10/2023).
Adapun, fokus saat ini tertuju pada pidato Powell di Economic Club of New York hari ini. Mengingat kenaikan inflasi baru-baru ini, Powell diperkirakan akan mengulangi pendiriannya mengenai suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Selain itu, di China adanya kekhawatiran atas gagal bayar (default) pasar properti di negara tersebut. Peristiwa seperti ini dapat memicu serangkaian gagal bayar (default) bagi pengembang dan memicu restrukturisasi utang besar-besaran pada pasar properti China.
Gagal bayar (default) besar-besaran di pasar properti China menjadi pertanda buruk bagi perekonomian, mengingat pasar tersebut menyumbang sekitar seperempat aktivitas ekonomi lokal.