"Namun, inflasi inti yang masih dalam jangkauan BI, cadangan devisa yang kuat dan terjadi surplus neraca dagang secara konsisten didukung harga komoditas ekspor yang tinggi, juga menjadi pertimbangan, untuk tidak mengubah orientasi atau stance kebijakan moneternya yang dovish," terangnya.
Dian memperkirakan, Lebih lanjut dia memprediksi, untuk perdagangan pekan besok, Senin (25/7) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.000-Rp.15.030.
Sementara Analyst PT Universal Broker Indonesia Sekuritas, Oktavianus Audi, mengatakan bahwa penguatan ini diakibatkan adanya respon positif para investor terhadap suku bunga yang masih ditahan.
"Sebenarnya penahanan suku bunga ini ada positif dan negatifnya, namun ketika bicara market untuk IHSG atau emiten bursa memang responnya cenderung lebih positif," ujar Oktavianus, pada acara 2nd session closing IDX TV di Jakarta, Jumat (22/7/22).
Namun, efek negatifnya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan diperkirakan nanti emiten yang bahan bukunya berasal dari impor itu akan mengalami beban yang makin bertambah.