Tapi apa penyebab sebenanya di balik kenaikan rubel dan dapatkah dipertahankan?
Rusia meraup rekor pendapatan minyak dan gas karena harga energi yang sangat tinggi, kontrol modal, dan sanksi itu sendiri.
Rusia adalah pengekspor gas terbesar di dunia dan pengekspor minyak terbesar kedua. Pelanggan utamanya adalah Uni Eropa, yang telah membeli energi Rusia senilai miliaran dolar AS per minggu, yang secara bersamaan mencoba menghukumnya dengan sanksi.
Itu menempatkan UE di tempat yang canggung, yang sekarang telah mengirim lebih banyak uang secara eksponensial ke Rusia dalam pembelian minyak, gas, dan batu bara daripada mengirim bantuan ke Ukraina, yang telah membantu mengisi peti perang Kremlin. Dengan harga minyak mentah Brent 60 persen lebih tinggi daripada saat ini tahun lalu, meskipun banyak negara Barat telah membatasi pembelian minyak ke Rusia, Moskow masih mencatat rekor keuntungan.
Dalam 100 hari pertama perang Rusia-Ukraina, Federasi Rusia meraup pendapatan 98 miliar dolar AS dari ekspor bahan bakar fosil, menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Finlandia. Lebih dari setengah pendapatan itu berasal dari UE, yakni sekitar 60 miliar dolar AS.
Banyak negara UE bermaksud untuk mengurangi ketergantungan mereka pada impor energi Rusia, namun proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun. Pada 2020, UE mengandalkan Rusia untuk 41 persen dari impor gasnya dan 36 persen dari impor minyaknya, menurut Eurostat.
Adapun UE mengeluarkan paket sanksi penting pada Mei yang sebagian melarang impor minyak Rusia pada akhir tahun ini, tetapi UE memiliki pengecualian yang signifikan untuk minyak yang dikirim melalui pipa karena negara-negara yang terkurung daratan seperti Hongaria dan Slovenia tidak dapat mengakses sumber minyak alternatif yang dikirim melalui laut.
"Nilai tukar yang Anda lihat untuk rubel ada karena Rusia menghasilkan rekor surplus transaksi berjalan dalam valuta asing," kata Max Hess, seorang rekan di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri.
Pendapatan itu sebagian besar dalam dolar AS dan euro melalui mekanisme pertukaran rubel yang kompleks.
"Meskipun Rusia mungkin menjual sedikit lebih sedikit ke Barat sekarang karena Barat akan memutuskan (ketergantungan pada Rusia), mereka masih menjual satu ton dengan harga minyak dan gas yang tinggi sepanjang masa. Jadi ini membawa surplus transaksi berjalan yang besar," tuturnya.