Dari sentimen domestik, aktivitas manufaktur nasional tercatat mengalami kontraksi setelah bertahan di level ekspansi selama 34 bulan berturut-turut. Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 kini berada di level 49,3 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan laporan S&P Global, kontraksi PMI manufaktur di bawah level 50 terakhir kali terjadi pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada di level 43,7, dan setelahnya kinerja manufaktur terus berekspansi.
Adapun, faktor utama yang menjadi penyebab penurunan PMI manufaktur, yaitu permintaan pasar yang menurun drastis sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam 1 tahun terakhir. Hal ini diikuti dengan ekspor yang masih lesu dan penundaan pengiriman barang.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.180-Rp16.260 per dolar AS.