Bank Indonesia memastikan akan terus memantau perkembangan pasar keuangan dan mengambil langkah strategis guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta ketahanan ekonomi eksternal Indonesia.
"BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ucap Ramdan.
Di sisi lain, Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah anjlok karena salah satunya kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif untuk Kanada, Meksiko dan China.
Selain itu, yang juga membebani sentimen investor, data menunjukkan klaim pengangguran AS melonjak lebih dari yang diharapkan pada minggu sebelumnya, sementara laporan pemerintah lainnya menegaskan kembali bahwa pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal keempat.
"Pasar juga menunggu rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS yang akan datang pada hari Jumat, untuk mencari wawasan tentang keputusan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang," ujar Ibrahim.
Dari sentimen domestik, pasar merespons negatif terhadap badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri manufaktur masih terus berlanjut imbas banyaknya pabrik yang menutup operasinya, baik karena kebangkrutan maupun hengkangnya investor asing dari Indonesia.
Dengan demikian, untuk perdagangan pekan depan Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif, namun ditutup kembali melemah di rentang Rp16.580-Rp16.670.