Sementara itu, sub-indeks untuk pesanan ekspor baru telah turun selama tiga bulan berturut-turut mulai Mei. Sedangkan pada Juli lalu berada di level 47,7.
Sedangkan sub-indeks untuk biaya bahan baku berada di 62,9 pada Juli, dibandingkan dengan 61,2 pada Juni akibat meningkatnya biaya. Harga bahan baku yang tinggi telah menggerus profitabilitas perusahaan industri dan menghalangi beberapa eksportir China untuk menerima pesanan.
Indeks konstruksi juga turun menjadi 57,5 pada Juli dari 60,1 Juni karena cuaca ekstrem. Analis memperkirakan sektor ini akan menghadapi tantangan di tengah tindakan keras Beijing terhadap pasar properti.
Untuk mendukung ekonomi yang melambat, Bank Rakyat China (PBOC) pada pertengahan Juli lalu mengejutkan pasar dengan menurunkan rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk bank, menggelontorkan sekitar 1 triliun yuan dalam likuiditas jangka panjang.
Perekonomian China sebagian besar telah pulih dari gangguan yang disebabkan oleh pandemi, dengan sektor konsumsi dan jasa secara bertahap mengejar peningkatan ekspor dan manufaktur. Namun, produsen bergulat dengan tantangan baru termasuk harga bahan baku yang lebih tinggi, melonjaknya biaya logistik, dan macetnya rantai pasokan global, serta laju pertumbuhan produk domestik bruto yang diperkirakan akan moderat.
Negara ini juga berlomba untuk menahan wabah Covid-19 baru dari varian Delta yang lebih menular di kota timur Nanjing. Analis mengatakan, pendekatan tanpa toleransi China dapat menghadirkan risiko penurunan yang signifikan terhadap pemulihan ekonomi saat ini.
Sementara banjir di China tengah kemungkinan juga membebani aktivitas bisnis pada Juli, bersama dengan langkah pemerintah untuk mengekang produksi baja sejalan dengan upaya untuk mengurangi emisi.