Menurut dia, perang dagang akibat neraca dagang AS mengalami defisit ke China sebesar 400 miliar dolar AS. Selan itu, AS juga terlalu menghabiskan anggaran untuk pertahanannya.
"Kenapa sih AS begitu banyak ke luar negeri membantu sini, deploy pasukan sini dan sebagainya, kan kalian menghabiskan resources kalian juga? Untuk nanti ke dalam negeri? Tapi jawabannya begini kami (melakukan itu karena) world policy dari AS. Tapi saya bilang tentu ada batasnya karena suatu ketika juga bisa mengganggu ekonomimu dan itu terjadi sekarang," ucapnya.
Kendati demikian, untuk menghadapi kondisi dunia yang sulit diprediksi ini pemerintah berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi di saat beberapa negara di dunia mengalami resesi. Pasalnya, pemerintah bertekad untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia pada 2045 mendatang.
"Salah satunya mendorong percepatan investasi. Ada empat rule of thumb investasi kita yakni harus ramah lingkungan, nilai tambah industri, mendidik tenaga kerja lokal, dan transfer teknologi," tutur dia.