“Pada masa lalu, investor merespons positif setiap peristiwa politik di Turki yang dianggap akan semakin meningkatkan stabilitas politik. Kendati demikian, pernyataan Presiden Erdogan soal kebijakan moneter selama kampanye politik untuk tetap mempertahankan suku bunga rendah menarik perhatian soal kebijakan moneter Turki,” kata Goldman Sachs dalam risetnya, sebelum pemilu.
Dalam kampanyenya, Erdogan menyebut, suku bunga tinggi sebagai “ayah dan ibu dari segala iblis”. Investor bereaksi negatif terhadap pandangan tersebut dan menanti kebijakan moneter lain yang tak biasa dari Erdogan.
Mata uang Turki telah kehilangan nilainya hampir 75 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
“Gejolak di pasar keuangan (Turki) baru-baru ini telah menunjukkan penurunan tajam. Risiko dari pemilu akan terlihat dalam jangka panjang, yakni dari pemerintahan Erdogan-AKP dalam menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar,” kata Jason Tuven, Ekonom Senior Capital Economics.