"Fitch memperkirakan bank sentral akan kembali menaikkan suku bunga 25 bps di 2018, 50 bps di 2019, dan 25 bps di 2020," ujarnya.
Untuk pertumbuhan ekonomi, Thomas menyebut, PDB Indonesia akan terus meningkat ke depan dari 5,1 persen di 2018, 5,2 persen di 2019 dan 5,3 persen di 2020. Kenaikan ini ditopang oleh belanja infrastruktur. Namun, ada risiko dari melambatnya laju pertumbuhan investasi di tengah meningkatnya suku bunga acuan.
PDB Indonesia, kata Thomas, jauh lebih baik dibandingkan median negara-negara peers dengan peringkat utang yang sama sebesar 3,9 persen di 2018 meski masih sulit mencapai target yang diinginkan Presiden Joko Widodo sebesar 7-8 persen.
Lebih lanjut Thomas mengatakan, pengetatan fiskal dan moneter menjadi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Langkah pemerintah menekan defisit APBN ke 1,8 persen pada tahun depan akan menekan PDB.
Posisi utang pemerintah dengan proyeksi rasio terhadap PDB sebesar 30,4 persen di akhir tahun juga lebih baik dibandingkan median negara-negara peers sebesar 37,7 persen. Namun, Fitch menyoroti rendahnya rasio penerimaan negara terhadap PDB yang hanya 14 persen. Padahal, median negara-negara dengan rating BBB mencapai 32,1 persen.
Thomas mengatakan, risiko eksternal terhadap sektor perbankan Indonesia juga sangat terbatas mengingat rasio kredit terhadap PDB hanya 35,1 persen dan nilai kecukupan modal sangat kuat di level 22 persen per Juni 2018.
Sementara Fitch menyebut, beberapa indikator seperti pendapatan per kapita dan governance yang masih rendah. Pendapatan per kapita RI masih rendah hanya 3.962 dolar AS sementara median negara BBB mencpai 11.172 dolar AS. Begitu juga dengan World Bank governance yang masih lemah dengan skor 45 dibandingkan median BBB 59.